Minggu, 14 Desember 2014

SUPERNOVA – KESATRIA, PUTRI & BINTANG JATUH



Genre          :  Romance – Science Fiction
Situs Resmi  :  http://www.sorayafilms.com/
Produser      :  Sunil Soraya
Sutradara     :  Rizal Mantovani
Pemain         :  Herjunot Ali, Raline Shah, Fedi Nuril, Paula Verhouven, 
                       Arifin Putra, Hamish Daud, Hany Pattikawa
Produksi       :  PT Soraya Intercine Films
Story            :  Diangkat dari Novel Kesatria,Putri,& Bintang Jatuh, karya Dewi ”Dee” Lestari

Sinopsis

Menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama, pasangan Dimas dan Reuben mulai menulis roman yang diberi judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva, yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas. Tanpa ada yang bisa mengantisipasi, kehadiran sosok bernama Supernova menjadi kunci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre-Rana-Diva dengan kisah fiksi karya Dimas-Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama.

Catatan Awal

Ini hanya sebuah catatan kecil tentang film Perdana “SUPERNOVA – Kesatria, Putri ,& Bintang Jatuh” yang baru saja tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Sebagai salah satu pembaca Novel yang lebih dulu terbit satu dekade lalu mengikuti setiap serinya termasuk AKAR, PETIR, PARTIKEL dan juga GELOMBANG sebagai seri ke 5 yang belum lama ini juga diluncurkan, jujur secara pribadi terdapat pengharapan yang sangat lebih dari film perdana dari Seri SUPERNOVA ini bahkan Jauh sebelum tayang baru hanya sekedar rumor di sosial media hingga akhirnya muncul Trailer Awal yang terlihat menarik walau tanpa ada dialog apapun membuat rasa penasaran itu kian bertambah besar tak sabar rasanya untuk bisa menikmati secara visual apa yang selama ini hanya bisa saya baca dan bayangkan dari setiap keping yang ada di Novel SUPERNOVA KPBJ,


Hingga waktupun berlalu kemudian muncul kembali trailer lainnya bukan lagi sekedar gambar namun terdapat kutipan-kutipan dialog singkat antar karakter di dalam Film SUPERNOVA KPBJ namun entah mengapa trailer kedua ini mulai terbesit ragu yang mulai tumbuh berdampingan dengan rasa penasaran, sayapun mencoba meneguhkan hati dan mencoba berfikir positif untuk tidak menilai lebih jauh sesuatu tanpa melihat secara lengkap dan utuh.



Catatan Utama

Akhirnya hari ini setelah melihat secara lengkap dan mencoba menikmati jujur saya secara pribadi agak sulit untuk bisa menikmati film ini dengan tidak meninggalkan catatan setiap kali ada hal yang saya rasa kurang berkenan dari setiap scene dari setiap dialog dari setiap emosi yang dimunculkan oleh karakter-karakter dalam film Perdana SUPERNOVA – Kesatria, Putri,& Bintang Jatuh ini. Ok sebelum membahas lebih jauh kita lihat sisi positifnya terlebih dahulu. Sejak dimulai film SUPERNOVA KPBJ sudah disuguhi visual yang sangat memanjakan mata “SUPER SEKALI” (sempat membuat terkesima sesaat juga sih) dan banyak juga penonton lainnya yang sudah membandingkan dengan kualitas film buatan Hollywood, animasi yang dibuat memang terlihat cukup apik bahkan ada yang mengatakan EPIC! Salut untuk pembuat animasi dan tentunya pak sutradara untuk Visual setiap kepingnya yang memang keren walau tetap ada sedikit yang terasa kurang pas tapi itu nanti akan saya bahas hehe.

Berikutnya gambaran pertemuan awal Dimas dan Reuben juga bisa dibilang cukup bisa menggambarkan apa yang menjadi bayangan saat membaca novelnya. Chemistry awal mereka dan ungkapan kasih sayang saat memperingati ulang tahun yang ke sepuluh hubungan mereka kemudian saat terakhir ketika mereka berdua mulai mempertanyakan keberadaaan diri mereka dan disambut dengan ungkapan sayang dari dhimas kepada Reuben cukup membuat saya dan penonton lainnya agak merinding (ngilu sendiri) hingga mampu membuat tertawa dan memecah keheningan sesaat, hahaha.

Ok sekarang kita akan bahas satu persatu catatan yang menurut saya kurang pas atau kurang berkenan untuk saya secara pribadi, yang jelas film itu memang tidak lepas dari visual yang harus menarik dan memanjakan mata para penonton tapi entah mengapa kuping dan hati ini tidak bisa menikmati dengan baik setiap dialog yang muncul dari tiap-tiap karakter yang ada L hampir semua dialog terdengar datar, tidak natural, kurang luwes. Di saat mata sudah begitu dimanjakan dengan visual yang luar biasa apik namun sayang terasa tidak seimbang dengan setiap dialog yang terucap dan emosi yang tergambar dan Ini berlaku untuk semua karakter yang ada.

Dimas dan Reuben seharusnya bisa dibuat sedikit lebih sedikit santai dan lepas, karena usia dari hubungan mereka sendiri yang sudah mencapai lebih dari 10 tahun mungkin tidak dapat sepenuhnya terlihat karena porsi mereka di dalam film perdana SUPERNOVA ini memang cukup banyak yang dihilangkan L

Ferre, di dalam film ini ia tidak seperti apa yang saya bayangkan ketika membaca di dalam buku SUPERNOVA KPBJ, dalam setiap dialog yang terucap sepanjang film hanya saat Ferre berdebat dengan Rana ketika berada di rumah sakit tentang apa yang ia mau atau Rana inginkan. Hanya dialog itu yang terdengar begitu pas dengan apa yang digambarkan sangat lepas dan lugas. Selebihnya L apalagi saat Ferre terpuruk dalam adegan itu ia diliputi begitu banyak kemarahan namun apa yang terucap tidak berhasil membuat saya secara pribadi tergerak dan merasakan perih dan terpuruk seperti saat membacanya dan juga saat bertemu dengan SUPERNOVA dalam mimpinya.

Rana, entah harus mulai dari mana yang pasti konsistensi penjiwaan karakter Rana di film ini juga tidak jauh berbeda dengan Ferre saya tidak benar-benar bisa mendapatkan gambaran yang sama dengan Rana yang tertulis dalam Novel SUPERNOVA KPBJ, setiap dialog dan mimik muka atau ekspresi yang ingin dimunculkan tidak mengena dan tidak dapat menyentuh perasaan saya. Mulai dari perkenalan dengan Ferre, Ketika berbicara dengan Arwin di meja makan tentang kesibukannya, sampai dengan ekspresi ketika mencoba berpura-pura sakit ketika Arwin mencoba bermesraan hingga waktu adegan mengirimkan pesan ke SUPERNOVA saat dirumah orang tuanya. L

Arwin sebenarnya juga sama walau mungkin tidak terlalu masih bisa di tolerir seperti dimas dan Reuben tapi ada salah satu scene dimana Arwin berbincang dengan temannya yang mencurigai kedekatan Rana dan Ferre disana entah mengapa saya lebih menikmati saat teman Arwin bercerita terdengar sangat Natural dan lebih meyakinkan dari semua karakter yang ada di film ini. Serius saya SUKA! mungkin karena dia hanya muncul sebentar dan tidak seperti tokoh utama yang lainnya tapi dia cukup bisa memenangkan perhatian saya J

DIVA – OMG...  LLL i’m so sorry tapi hancur semua gambaran DIVA yang selama ini saya Bayangkan Diva yang SINIS saat melihat rekannya terjatuh, yang DINGIN saat dirayu yang SMART ketika menjadi sang AVATAR. Sekali lagi i’m so sorry tapi ini hanya kenyataan yang saya rasakan saat menonton film dengan harapan yang sangat besar.

Selain karakter utama ada juga karakter kecil yang mengganggu percakapan datar antara Nanda sang klien dan DIVA, diakhir percakapan Nanda yang seharusnya menangis pelan, malah menangis dengan lantang serius kaget dan bengong sendiri sambil bertanya-tanya ini sebenarnya ada apa? K  

Selain catatan di atas ada beberapa yang untuk saya secara pribadi menjadi agak kurang bisa menikmati film perdana SUPERNOVA sebagai mana mestinya. Begitu banyak kepingan cerita yang hilang seperti adegan dimana DIVA menjadi juri sebuah lomba model untuk anak-anak yang seharusnya bisa dimunculkan ada karena disana terdapat salah satu pesan moral yang sangat penting untuk semua tau selain itu flash back hidupnya yang membuat hatinya terlihat RAPUH seketika menangis di kursi mobil belakang tidak muncul disana.

Keping 8  hilang Adegan cemburu dan tawa lepas yang bisa menunjukkan betapa hubungan Reuben dan Dimas bisa sangat manusiawi dan hidup tidak dimunculkan di film ini L

Keping 12 Un Sol Em Noite tidak ada di film ini artinya salah satu karakter penyambung ke seri berikutnya tidak ada L GIO hilanggggggg.....!!!

Dan masih banyak yang lainnya yang terasa kurang pas menurut saya secara pribadi, contoh visual kupu-kupu putih yang terlalu terlihat animasinya harus lebih sering melakukan observasi, belum lagi lokasi film yang di tampilkan ada BALI OMG...!!! L perasaan mereka tinggal dan bekerja di Jakarta kenapa tiba-tiba jadi muncul Pantai Bali, Tol Bali, Hotel Bali, Perumahan Bali ada Danau Toba pula Arghhhhh.....!!! Melenceng banget dari cerita bukunya belum lagi Ending yang tidak sesuai dengan cerita Asli Novelnya Diva itu perasaan Pergi menjelajah dunia tapi kenapa malah muncul dan stay di depan rumah Rana coba? kemudian flash back kehidupan Rana berulang-ulang muncul juga di saat menjelang akhir Film.

Catatan Akhir

Pada saat ini dapat saya pastikan kalau saya adalah salah satu penonton yang juga pembaca yang bisa dibilang kecewa dengan Film Perdana “SUPERNOVA-KESATRIA, PUTRI, & BINTANG JATUH” hanya ada 3 Karakter yang benar-benar saya bisa mengerti yaitu Reuben, Dimas dan Teman Arwin di dalam film ini. Yang jelas antara Trailer dan Film secara utuh memang tidak jauh berbeda untuk kali ini. Bisa dibilang nyaris semua aktor dan aktris di Film ini kemampuan aktingnya cukup baik, cukup kurang, sangat kurang dan ada yang cukup buruk. Kelas akting jelas sangat dibutuhkan untuk semua pemain, penjiwaan dan pendalaman karakter dengan bimbingan penulis buku asli sepertinya akan sangat membantu, begitu juga untuk penulisan naskah film yang agak jauh dari novel yang sudah di terbitkan, kedepannya jika akan ada kelanjutan dari serial ini mungkin saya tidak akan berani untuk melihat karena takut akan kecewa semakin dalam, selain itu tidak ingin kehilangan tokoh-tokoh dalam SUPERNOVA yang sudah menemani ruang imaginasi saya selama ini, mereka terlalu berharga untuk dikecewakan. Demikian catatan yang bisa saya berikan tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat untuk kerja keras semua pihak dalam mewujudkan salah satu kisah yang banyak menjadi pegangan para penikmat sastra di tanah air. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada hal yang kurang berkenan dan menyinggung perasaaan, ini murni pemikiran dari apa yang saya rasakan ketika melihat sebuah karya sastra yang saya kagumi. 

Terlepas layak tidaknya untuk di tonton saya serahkan keputusan kepada anda, namun jika anda ingin mengalami sendiri dan memastikan apa yang saya tulis susuai apa adanya saya sarankan anda untuk menonton agar mengerti dan silakan anda berikan penilaian tersendiri. J

Minggu, 21 September 2014

Suspended Coffees

Saya memasuki sebuah kedai kopi kecil bersama seorang teman dan memesan kopi. Ketika kami sedang menuju ke meja ada dua orang yang datang kemudian mereka pergi ke counter: ‘Kami pesan lima kopi, dua untuk kami dan tiganya “ditangguhkan (suspended)". Mereka membayar pesanan mereka, mengambil hanya dua gelas saja kemudian pergi.

Saya bertanya kepada teman saya: "Apa itu ‘kopi yang ditangguhkan (suspended coffees)’?" Teman saya berkata: "Tunggu dan kamu akan lihat."

Beberapa orang lagi masuk. Dua gadis memesan masing-masing satu kopi, membayar dan pergi. Pesanan berikutnya adalah tujuh kopi yang dipesan oleh tiga orang pengacara - tiga untuk mereka dan empat 'ditangguhkan’.

Terus terang saya masih bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan transaksi -kopi ditangguhkan- tadi. Sementara saya menikmati cuaca cerah dan pemandangan yang indah ke arah alun-alun di depan kafe, tiba-tiba seorang pria berpakaian lusuh yang tampak seperti seorang pengemis masuk melalui pintu dan bertanya dengan sopan kepada pelayan “apakah Anda memiliki ‘kopi yang ditangguhkan’? “.

Ini sangat sederhana - seseorang membayar di muka pesanan kopinya kemudian diniatkan untuk membantu orang yang tidak mampu membeli minuman hangat. Tradisi kopi yang ditangguhkan ini dimulai di Naples dan sekarang telah menyebar ke seluruh dunia bahkan di beberapa tempat. Anda dapat memesan tidak hanya kopi ditangguhkan, tetapi juga sandwich atau makanan.

Alangkah indahnya, bila pemilik kedai kopi atau toko di setiap kota melakukan hal ini sehingga mereka yang kurang beruntung dapat menemukan harapan dan dukungan. Jika Anda adalah pemilik bisnis coba tawarkan hal ini kepada konsumen Anda, kami yakin banyak diantara mereka yang mendukung dan akan menyukainya.

“Berilah makan yang lapar, kunjungi yang sakit dan bebaskanlah budak” (HR. Bukhori).


*ini bukan kisah saya pribadi, saya hanya menceritakan kembali untuk berbagi semoga bermanfaat 


# Source 



Sabtu, 30 Agustus 2014

Putri Istana Kardus


Hanya untuk menyambung hidup keluarga kecil yang ia punya itu tujuannya, tak ada gaun indah atau sepatu kaca, tak ada mahkota dan mutiara seperti putri dalam cerita dongeng yang pernah ia dengar atau seperti gadis cantik iklan sabun mandi yang terpampang di simpang jalan.

Panas dan hujan tak pernah menjadi musuh baginya, walau bukan istana dengan seribu pelayan dan pengawal gagah perkasa tak jadi persoalan hanya istana kardus beralas permadani tikar lusuh yang menjaga dirinya dan keluarga kecil yang ia punya cukup menghangatkan dari dingin yang menusuk tulang saat malam datang.

Kehangatan pelukan dari keluarga tercinta sudah cukup dan semua itu sudah lebih indah dari apapun, tak lagi ada air mata, hanya senyum yang setia menghiasi bibirmya, senyum pada dunia saat sang mentari mulai bersinar teriring doa dan harapan akan dunia yang baik hati semoga mereka tidak lupa berbagi rezki titipan-Nya.

Berapapun yang didapatkan ia tak pernah mengeluh walau kadang tak jarang ia hanya terdiam, menahan haus dan lapar dikala sinar mentari semakin terik dengan menggenggam sedikit receh yang terkumpul karena ia tak ingin pulang dengan tangan hampa. Saat ia bernyanyi ia tidak meminta tepuk tangan yang meriah karena ia masih mampu melakukannya sendiri tak ada suara harpa merdu yang mengiringi hanya alat seadanya.

Kembali ia hanya akan tersenyum kecil dan kembali berlalu saat tak ada hasil didapat, Ia tak menghujat ia juga tak dirundung amarah. Ia hanya melanjutkan langkah kecilnya dengan riang

Karena ia yakin akan selalu ada remah-remah kehidupan untuk ia bawa pulang demi kehidupan keluarganya


LaOrange Jakarta 30/10/2009 21:10 Re-Post
( buat puteri istana kardus, doaku untuk bahagiamu )

Kamis, 24 Juli 2014

How to Stop Acting Such a Big Baby

“Cara Berhenti Bertindak Seperti Seperti Bayi besar (kekanak-kanakan)”

"Setiap orang bodoh bisa mengkritik, mengutuk, dan mengeluh tetapi dibutuhkan karakter dan kontrol diri untuk bisa memahami dan memaafkan." - Dale Carnegie

Artikel ini ditulis oleh Zen Habits contributor Jonathan Mead.

Jika kita benar-benar ingin bahagia, mengapa kita bertindak kekanak-kanakan?

Kita dapat mengklaim untuk menjadi proaktif dalam hidup kita dengan menyusun tujuan hidup dan mengejar apa yang kita inginkan. Tetapi jika kita selalu merengek dan mengeluh sepanjang waktu, apakah kita benar-benar hidup secara efektif?

Jika Anda tidak percaya padaku, silakan hitung berapa kali Anda mengeluh tentang sesuatu atau yang lainnya dalam satu hari. Entah itu terjebak dalam lalu lintas, merasa terganggu oleh cuaca, tidak cukup mustard pada sandwich Anda, atau apa pun itu, ada beberapa kejadian tak berujung di mana Anda dapat menemukan alasan untuk mengeluh.

Tapi itu bukan hanya keadaan atau situasi diluar yang  selalu kita keluhkan. Kita mengeluh tentang tentang diri kita sendiri juga. Kita mengeluh bahwa kita tidak memiliki cukup waktu, kita tidak punya cukup uang (yang satu ini sangat besar karena itu sering "benar"), bahwa kita tidak cukup pintar, cukup keren, atau sekedar  cukup.

Aku tahu aku sudah mengalami banyak ketidaknyamanan karena mengeluh tentang hal-hal yang tidak bisa aku kendalikan. Aku tidak pernah benar-benar berpikir bamyak tentang hal itu sampai saya menemukan website ini tentang "living in a complain free world (hidup di dunia yang bebas keluhan)."

Bayangkan berapa banyak kebahagiaan yang  Anda akan dapatkan jika Anda mulai berhenti mengeluh? Lagipula banyak dari apa yang Anda keluhkan itu berada di luar kendali Anda. Apa gunanya merenung tentang sesuatu yang Anda sendiri tidak memiliki kekuatan untuk merubahnya? Sangat tidak cerdas, jika kau bertanya padaku.

Kalau Anda sudah menyadari berapa banyak yang Anda keluhkan, itu  adalah langkah pertama untuk berhenti. Ketika Anda menyadari bahwa Anda sedang mengeluh, berhenti dan memperhatikan itu. Tanyakan pada diri Anda apakah Anda lebih suka mengeluh, atau bahagia.

Apakah Anda siap untuk menjalani hidup yang bebas keluhan, hidup yang lebih bahagia?

Dua langkah untuk berhenti merengek begitu banyak:

1  .Buatlah prioritas untuk melihat setiap kali Anda mengeluh atau mengkritik tidak perlu. Ini termasuk menghakimi orang lain. Sekarang, setiap kali Anda mendapati diri Anda mengeluh, berhenti dan perhatikan itu.
2   .Setelah Anda telah melihat diri sendiri mengeluh, tanyakan pada diri sendiri ini: Apakah ada yang bisa saya lakukan apa yang saya keluhkan, atau itu semua di luar kendali saya? Jika ada sesuatu yang dapat Anda lakukan tentang hal itu, lakukan saja. Jika tidak ada yang dapat Anda lakukan, biarkan saja.
Sudah jelas, ini mungkin sedikit lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Mengeluh adalah kecanduan dan kebiasaan sulit untuk dihentikan. Seperti kebiasaan lainnya, semua itu akan membutuhkan waktu.

Meskipun mungkin akan membutuhkan waktu yang lama (atau mungkin tidak) sebelum hidup Anda benar-benar bebas keluhan sepenuhnya, itu masih oke atau wajar. Kabar baiknya adalah ini belum semuanya atau tidak sama sekali. Bahkan 10% lebih sedikit mengeluh tetap akan berdampak positif langsung pada kehidupan Anda. Kemudian, setelah Anda menurunkan rengekan  Anda sebesar 10%, Anda dapat terus menurunkan keluhan Anda hingga semakin berkurang dan terus berkurang.

Setelah keluhan semakin berkurang, sesuatu yang mengagumkan akan mulai terjadi. Setelah pikiran Anda menyadari bahwa Anda tidak akan mentolerirnya, ia akan mulai menyerah. (Apa pun yang Anda lakukan, jangan kembali jatuh ke dalam perangkap keluhan bahwa Anda mengeluh.)

Jadi pertanyaannya adalah: Apakah Anda lebih suka mengeluh atau bahagia?

(Oh dan ngomong-ngomong, memiliki rasa syukur adalah cara yang bagus untuk berhenti mengeluh.)

Artikel ini ditulis oleh Zen Habits contributor Jonathan Mead.

dan di terjemahkan oleh Jaime de devangel